Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Jauh Sebelum Itu...

Sebelum gue memulainya (Pendakian Solo Ke Gunung Semeru), mungkin pantasnya gue harus berterima kasih dan menyempatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT. atas semua nikmat yang sudah diberikan oleh-Nya. Bayangin aja, jika tanpa semua nikmat-Nya, bisa jadi sekarang ini gue tidak sedang berada di depan laptop gue yang lawas ini, yang kadang-kadang juga battery-nya itu cepet banget habis, sambil duduk manis, ya walaupun sesekali sambil tengkurep juga, yang sedang berusaha keras merangkai kata-kata menjadi bentuk sebuah kalimat, dengan maksud untuk menceritakan sebuah cerita yang sebisa mungkin tidak dikarang-karang. Sepertinya, ini memang true story, hehe, langsung aja.

Membahas sebelumnya, pada bulan April 2017, gue mencatatkan sebuah cerita untuk cerita gue sendiri. Catatan itu pun tentang pendakian gue ke gunung Semeru waktu lalu. Jauh sebelum itu, gue memang sudah merencanakannya dan menginginkannya. Dikarenakan hal lain dan sebagainya, rencana itu ga kunjung jadi. Akhirnya, gue coba mengusahakannya lagi. Gue anggap itu adalah salah satu bentuk usaha untuk merealisasikannya. Yap, Alhamdulillah, memang begitu. Perlu usaha.

Pendakian ini akan diperankan oleh diri gue sendiri, dengan versi Solo Hiking ! Ide ini gue ambil tidak lain dikarenakan sulitnya gue dalam mencari partner. Maksudnya, memang sulit untuk menentukan jadwal yang bersamaan dan pas dengan anggota yang lainnya. Kadang-kadang, ada saja yang ga cocok dengan jadwalnya itu. Jadi, perlu dimaklumi. Gue ga mau stuck di situ aja, akhirnya gue putuskan dan coba, gue akan melakukannya sendiri, dengan mengandalkan pengalaman-pengalaman yang sudah pernah gue lakukan sebelumnya, pengalaman melakukan pendakian seorang diri. Gue rasa, ini akan menjadi hal yang mudah. Gue percayakan saja.



Semeru ?

Kenapa Semeru? mendaki gunung Semeru adalah salah satu tujuan dan keinginan hampir setiap pendaki. Dengan ketinggiannya 3676 MDPL, menjadikan gunung ini sebagai gunung tertinggi di pulau Jawa, dan sekaligus sebagai salah satu gunung anggota Seven Summits Indonesia (Tujuh gunung tertinggi di Indonesia)

Mendaki gunung Semeru, selain menjadi sesuatu yang difavoritkan, pendakian gunung ini dapat dikategorikan sebagai pendakian yang cukup berat. Tidak main-main, untuk mencapai puncak dari tempat camp terakhir saja perlu memakan waktu 5-6 jam. Jadi, inilah point-nya. Banyak yang perlu disiapkan.


Oke, sesuai dengan pembicaraan di awal, gue akan mencoba menceritakannya kembali. Gue  berusaha mengingatnya. Baiknya, sambil seduh kopi juga.  Ga usah ditanya biar apa.




To Do Story

18 April 2017

Sepulang jam kerja, gue langsung meluncur menuju stasiun Pasar Senen, dengan ditemani oleh segenggam modal nekat, 1 keril Osprey 45 liter, dan 1 daypack Deuter, yang berat seluruhnya tuh hampir sebanding dengan berat anak SD. Kira-kira seperti itu, lah. Maklum, semua logistik harus dipanggul sendiri. Namanya juga solo karir, kan.

Di stasiun Pasar Senen, gue sudah ditungguin oleh kereta Majapahit. Ini ga serem, kok. Ini bukan nama sebuah kerajaan pada masa dulu itu, cuma nama kereta aja. Tenang, dia baik. Terbukti, kereta ini bersedia akan mengantarkan gue menuju kota Malang, dengan keberangkatannya dimulai pada pukul 18.15 WIB. Gue sudah ga sabar untuk menemuinya. Kami pun akhirnya berjumpa sore itu, dan kami mulai meninggalkan Jakarta. Jelasnya, sih, meninggalkan beberapa kesibukan juga. Ini, artinya liburan sudah dimulai. Mari kita sambut.

Perjalanan kereta kali ini, akan diakhiri di Malang. Ini adalah kunjungan pertama gue. Semoga menjadi kesan pertama yang baik. Kurang lebih selama 16 jam berada di kereta yang isi gerbongnya itu-itu aja, kadang membuat gue merasa frustasi. Tidur, salah, ga tidur pun, juga salah. Serba salah. Tapi, memang itulah salah satu bagian dari sebuah perjalanan. Gampang, kok, untuk dinikmatinya, selama masih ada colokan casan, hehe. Itu penting. Air minum dan cemilan juga, sih. Perjalanan 16 jam ternyata ga sesingkat yang gue bayangin. Ternyata memang lama banget. Mari kita coba pejamkan mata kembali. Berharap bisa tertidur pulas. Biar, pas melek, tau-tau sudah nyampe, hehe.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru



19 April 2017

10.05 WIB Tiba-tiba kereta berhenti lama di salah satu stasiun. Kemudian gue baru tersadar, "gue udah sampe di Malang, cuy ! haha". Ini adalah sebuah sentuhan yang pertama kali banget buat gue. Sampe-sampe ga ngenalin tempat ini. Maklum, kan, emang belum kenalan hehe. Langsung, lah, tanya-tanya aja ke petugas yang berada di sana. Maksudnya, bertanya mengenai akses dan cara untuk menuju Pasar Tumpang dengan menggunakan angkot. Kenapa angkot? kan, gue datang ke sini sendirian alias solo. Jadi, ga punya rombongan, yang biasanya mereka-mereka itu menggunakan semacam mobil Jeep, yang diantar langsung dari stasiun Malang ke Pasar Tumpang. Biasanya dicarter (dipesan sebelumnya). Mari, kita coba. Yakin, bisa dong. Sok' asik aja hehe.

Dibutuhkan sampe 2x transfer mobil angkot. Lupa nama angkotnya apa aja, yang pasti warnanya itu putih. Dan kemudian pada pukul 11.45 WIB tiba di Pasar Tumpang. "Oh, jadi ini yang namanya Pasar Tumpang." dalam hati baru tau. Berharap pada saat itu ada rombongan lain yang akan menuju Ranupani juga. Biar bisa nebeng (join) maksudnya. Nyatanya, ga ada pfft. Gue harus nunggu dulu berarti, sampe ada rombongan yang lain datang lagi. Ranupani adalah gerbang pendakian gunung Semeru. Semua berawal dari sana, salah satunya, untuk melakukan simaksi. Bisa buat mandi juga. Tidur juga bisa, sih. Lengkap pokoknya, lah, haha..

Lama ga kunjung juga. Gue mengira, kayanya ga bakal ada rombongan lagi yang akan menuju  ke Ranupani. Inisiatif, gue coba tanya sama orang sekitar, apakah ada ojek motor yang bisa mengantarkan ke Ranupani. Alhamdulillah ada, sudah pasti dengan biaya yang lebih mahal, itu memang. Gue maklumi. Tidak berlama-lama, kami pun langsung menuju Ranupani. Sepertinya ini adalah perjalanan yang panjang, meingingat perjalanan menuju Ranupani terbilang jauh dan medan yang menanjak. Bisa jadi. Saat itu, waktu sudah menunjukan pukul 14.30 WIB. Sudah kesorean ternyata. haha.

Selama perjalanan menuju Ranupani, tidak ada sesuatu yang menghambat kami, kecuali tas keril yang diboncengin di bagian depan, sesekali suka merosot ke bawah, hehe. Di sela-sela itu, gue coba menyempatkan berhenti sesaat ketika di tengah perjalanan, hanya untuk mengambil gambar. Ini adalah sebuah penampakan gunung Bromo. "Ooh.. ini Bromo", sambil senyum kagum gue. Cuaca pada saat itu gerimis, matahari masih belum mau muncul. Padahal ini indah. Perjalanan ini, kami lanjutkan kembali. Sayang banget, huhu.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Pukul 16.00 WIB, kami tiba. Langsung  segera repacking logistik dan melakukan simaksi. Tidak boleh berlama-lama, karena pendakian akan ditutup/diakhiri pada pukul 18.00 WIB di tiap harinya, dan akan dibuka (dilanjutkan) keesokan paginya. Alasannya, mungkin karena faktor keselamatan. Saat simaksi, disertai briefing juga oleh petugas di sana. Briefing mengenai prosedur dan standar dalam pendakian gunung Semeru ini. Sederhana, tapi perlu. Ini memang penting.

Pendakian ini gue mulai pada pukul 16.40 WIB. Tidak ada rombongan lain pada waktu gue memulainya, dan perjalanan ini harus tetap dilanjutkan. Bismillah. Cuaca sudah agak mendung, sepertinya akan turun hujan. Semoga jangan dulu.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Lama perjalanan dari Ranupani menuju Ranukumbolo memakan waktu sekitar 4 jam. Jadi, setiba gue di Ranukumbolo, gue berencana akan bermalam di sana (camp), dan melanjutkan ke Kalimati keesokan paginya. Biar tenaga terkumpul lagi, hehe. Terdapat beberapa pos ketika menuju Ranukumbolo dari Ranupani :

Ranupani - Landengan            1,5 jam
landengan dowo - watu rejeng  1,5 jam
watu rejeng - Ranukumbolo      1 jam

Salah satu hal yang menggembirakan dan menguntungkan buat gue, ketika di awal perjalanan, tepatnya di sekitar jalur menuju Landengan, gue bertemu dengan rombongan lain yang berasal dari Bogor. Mereka berjumlah 12 orang ! Bukan hanya bertemu. Sebelum itu, saat pertama kali gue berpapasan, mereka menyapa gue dengan keramahtamahan khasnya. Mungkin kalian bisa menganggapnya ini adalah hanya sebuah basa-basi biasa, ya, bisa jadi, tapi hal yang seperti ini sangat perlu, karena bisa dikatakan ini adalah gerbang komunikasi dan interaksi untuk kita bisa mengenal lebih jauh dengan seseorang atau kelompok. Tanpa itu, kita akan selalu menjadi pribadi yang tertutup dan terus menguncinya kepada siapa saja yang ingin mencoba masuk. Itu sebuah pilihan. Tidak ada yang salah.

Langkah demi langkah dan waktu demi waktu berlalu, keakraban gue dengan kelompok ini semakin terjalin baik, komunikatif, dan seru. Bisa jadi, hal ini cuma karena sebuah potongan roti yang mereka bagi ke gue, dan beberapa permen yang gue tawarkan ke mereka juga. Simple, sih, tapi memang beginilah agar terus terjalin baik. Perjalanan pada waktu itu dihadiri cuaca yang sedikit hujan ringan, sehingga menyebabkan pendakian kami sedikit melambat. Ya, sesekali kami berteduh untuk menyeduh beberapa gelas kopi. Ini memang sudah menjadi kebiasaan yang bersifat turun menurun di saat dingin datang. Hangatnya kopi, memang pas juga untuk menghangatkan sebuah pertemanan. Meski ini baru kami lakukan.

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru



Sehabis menikmati kopi yang memang hangat itu, perjalanan kami lanjutkan kembali. Malam itu terasa sudah larut. Ya, kami tiba di Ranukumbolo pada pukul 20.30 WIB.  Tenda dan logistik lainnya harus segera disiapkan, karena suhu sudah semakin terasa dingin. Danau ini yang katanya indah, tidak terlihat jelas, mungkin karena gelap pada saat itu. Kita lihat saja besok, apa benar?


20 April 2017

Hari sudah pagi, matahari sudah melakukan aktivitasnya. Pagi itu, mungkin gue ga akan pernah tau kalau itu adalah pagi yang indah, kalau saja sang embun pada waktu itu tidak mendinginkan tenda yang gue tiduri. Spontan, gue terbangun karena dinginnya tenda sangat terasa. Untuk memastikannya, gue mencoba mengintip ke arah luar tenda. Wow, ini adalah Ranukumbolo yang orang-orang bicarakan. Pantas saja mereka membicarakannya, pantas saja mereka menginginkannya. Waktu, jangan cepat berlalu dulu, gue masih ingin menikmatinya. Boleh, yah?

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

 Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru



Sayangnya, siang ini gue harus meninggalkan Ranukumbolo dulu untuk melanjutkan perjalanan ke Kalimati. Lanjut, tenda dan logistik lainnya gue rapikan dulu. Pukul 11.00 WIB, setelah foto bareng, kami mulai berangkat.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Ranukumbolo - Oro Oro Ombo         30 menit
Oro Oro Ombo - Cemoro Kandang    30 menit
Cemoro Kandang - Jambangan         60 menit
Jambangan - Kalimati                      60 menit

Sebelum tiba di Oro Oro Ombo, kita harus melewati Tanjakan Cinta. Di sini gue ga bahas mengenai apa itu Tanjakan Cinta. Sepertinya kalian yang lebih paham soal ini. Gue lebih memilih mengalah aja hehe. Oro Oro Ombo, ini memang sangat indah. Ini adalah salah satu spot favorit.

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru


Pukul 14.00 WIB, kami sudah tiba di Kalimati. Suhu pada siang itu lumayan dingin, padahal matahari sangat terik sekali. Masing-masing kami langsung membuka tenda. Di sini, kami akan bermalam 1 malam lagi. Rencanya, kami akan melakukan summit atau muncak pada pukul 01.00 WIB dini hari nanti. Inilah ujian terberatnya dari pendakian gunung Semeru. Mereka pun juga mengatakan demikian. Semoga ini mudah. Mari kita lihat saja.


21 April 2017

Pukul 00.00 WIB, gue dan anggota kelompok lainnya sudah terbangun. Kami tau, ini malam yang berat untuk memulai menuju puncak, tapi kami juga tersadar, perjalanan kami sudah terlampau jauh. Ini harus terus dilanjutkan, harus seperti itu. Sebagai modal untuk menyimpan energi lebih saat summit nanti, kami melakukan makan bersama terlebih dahulu. Ini perlu. Pukul 01.20 WIB dini hari, kami awali summit dengan berdoa bersama. Banyak harapan yang terucap di doa itu. Itulah doa, siapa pun boleh meminta lebih dan memperbanyaknya.

Kalo kalian yang sudah pernah mendaki gunung Semeru ini dan mengatakan bahwa gunung ini "berat", gue-lah orang pertama yang setuju. Yap, memang benar. Suhu dingin dan medan menanjak yang sangat sulit untuk dipijak, mengharuskan gue untuk mengatur nafas beberapa kali. Tapi, ini harus terus bergerak, walau kaki meminta untuk berhenti. Semakin ke atas, semakin sedikit jumlah pendaki yang ada di sekitar gue. Mungkin mereka masih berada di bawah, mungkin mereka sedang beristirahat dulu. Saat itu, gue yakin, puncak sudah sangat dekat. Yang benar saja, itu memang benar puncak ! Alhamdulillah. Tepat pukul 04.48 WIB, adalah awal pertama kali gue sentuhkan tangan ini di plakat puncak Mahameru. Dingin banget yang gue rasain. Kondisi sekitar masih terlihat gelap. Gue seneng, akhirnya gue bisa mengistirahatkan dengkul dan kawan-kawannya. Dikit demi sedikit, anggota kelompok yang lainnya mulai tiba. Alhamdulillah, kami bisa sampai di puncak bareng-bareng, semuanya muncak ! Ini adalah hal yang sempurna, di mana kita bisa mengawali pendakian bareng-bareng, nge-camp sambil menikmati makanan yang kita masak bersama-sama, dan akhirnya bisa berada di puncak dengan tidak ada yang terlewat.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Sampai di sini, Alhamdulillah sebagian dari doa kami terkabulkan. Itu memang sebagian, karena masih ada sebagian doa-doa kami lainnya yang harus kami usahakan. Yap, perjalanan pulang menuju rumah. Itu adalah hal yang utama. Berawal dari rumah dan harus kembali ke rumah. Sebagai bagian dari rencana, gue memilih untuk tidak bermalam lagi di Ranukumbolo. Jadi, setelah turun dari puncak dan Kalimati, gue langsung menuju Ranupani. di Ranukumbolo nanti, hanya sekedar beristirahat sebentar saja. Kemungkinan gue akan melakukan perjalanan malam sampai tiba di Ranupani. Headlamp pun sudah gue siapkan. Jangan lupa battery cadangannya juga. Perjalanan turun dari Kalimati diawali pada pukul 13.00 WIB.


Pendakian Solo Ke Gunung Semeru

Kondisi hujan yang lumayan lebat, sehingga membuat fisik dan keril pun semakin menjadi-jadi. Perjalanan turun semakin melambat. Ini gue maklumi, fisik yang sudah menurun, karena hampir seharian kami harus bergerak terus. Kopi dan beberapa cemilan menjadi pelengkap kami ketika berteduh di tiap-tiap pos. Kami berharap, ini bisa menjadi asupan yang baik. Semoga saja. Pukul 21.30 WIB, malam itu akhirnya kami tiba di Ranupani, Alhamdulillah. Perjalanan turun ini terasa sangat panjang. Bisa dibilang, malam yang panjang juga. Mungkin karena kondisi hujan. Ah, ga apa-apa, yang penting kami bisa bertemu dengan Ranupani kembali. Setelah bersih-bersih, tidak lama dari itu, kami beristirahat di sebuah aula yang berada di dekat pos simaksi Ranupani. Beruntungnya badan ini bisa tertidur pulas kembali, walau cuma di atas lantai yang tidak seempuk kasur di rumah dan tidak sehangat di kamar sendiri. Perlu disyukuri. Ayo, mata, mari kita tutup hari yang luar biasa ini.

22 April 2017

Pagi itu, saat gue terbangun, ternyata sudah banyak pendaki lain yang sedang sibuk menyiapkan barang bawaanya. Sepertinya mereka baru ingin mulai mendaki pagi ini. Gue pun juga demikian. Bedanya, gue akan kembali menuju Pasar Tumpang. Perjalanan dari Ranupani menuju Pasar Tumpang, kami menggunakan sebuah truk, yang kebetulan sedang ada. Truk yang kami bayar sesuai kesepakatan sebelumnya antara kami dengan si supir. Truk itu memang kebetulan akan menuju Pasar Tumpang. Untuk ikut dengannya, kami diharuskan membayar. Saat itu sekitar pukul 10.00 WIB. Dan, cerita pendakian ini gue akhiri di Pasar Tumpang. Selanjutnya, gue ingin menikmati "apa sih Malang itu ?".


Pendakian solo ini perlu gue syukuri. Bagaimana engga, ada banyak hal yang sudah memudahkan pendakian ini, salah satunya adalah dengan bertemunya rombongan pendaki dari Bogor. Mereka sangat berkontribusi besar di dalam cerita yang sedang gue tuliskan ini. Bukan hanya materil, tapi dengan hal yang lainnya juga. Untuk itu, inilah sebuah pendakian, dapat mengenal dengan orang-orang baru, yang kadang-kadang kita pikir itu tidak perlu, padahal ini memang perlu. Karena kita tidak pernah tau, kapan saja kita akan membutuhkan bantuan dari orang lain. Ini adalah Semeru, gunung yang besar, dengan cerita yang dibangun besar juga, yang gue bangun bersama orang-orang yang kuat dan paham bagaimana cara bersahabat yang baik. Satu hal yang sudah gue tuliskan di cerita dan pengalaman hidup gue, dan akan terus menjadi ingatan yang wajar sampai gue tidak ingin mengingatnya lagi, tapi sepertinya ga akan.

Salam, Backpacker-Kere !



Budget :













Run Down :


=== 19 April 2017 ===

10.05 WIB Tiba di Stasiun Malang
10.30 WIB Menuju Pasar Tumpang by Angkot (2x transfer)
11.45 WIB Tiba di Pasar Tumpang
14.30 WIB Menuju Ranupani
16.00 WIB Tiba di Ranupani, lalu repacking & simaksi
16.40 WIB Start treking
20.30 WIB Tiba di Ranukumbolo

Ranupani - Landengan            1,5 jam
landengan dowo - watu rejeng  1,5 jam
watu rejeng - Ranukumbolo      1 jam


=== 20 April 2017 ===

11.00 WIB Start menuju Kalimati
14.00 WIB Tiba di Kalimati

Ranukumbolo - Oro Oro Ombo         30 menit
Oro Oro Ombo - Cemoro Kandang    30 menit
Cemoro Kandang - Jambangan         60 menit
Jambangan - Kalimati                      60 menit


=== 21 April 2017 ===
01.20 WIB Start summit
04.48 WIB Tiba di puncak Mahameru
07.00 WIB Turun menuju Kalimati
09.00 WIB Tiba di Kalimati
13.00 WIB Menuju Ranukumbolo
15.30 WIB Tiba di Ranukumbolo
17.30 WIB Menuju Ranupani
21.30 WIB Tiba di Ranupani


=== 22 April 2017 ===

10.00 WIB Menuju Pasar Tumpang dari Ranupani
11.45 WIB Tiba di Pasar Tumpang


Comments

  1. Waktu ngurus simaksi ditanyain apa aja bro??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga ditanya banyak bro, paling cuma logistik aja.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Damn artikel ini juara. Pas banget soalnya aku juga mau nyoba solo camp, tapi ke Ramu Kumbolo doang. Thanks a lot for the insight!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btw ga perlu daftad online kah? Soalnya aku baca-baca, beberapa bilang kudu daftar online. Thank you.

      Delete
    2. Terima kasih mas. Semoga lancar ! :D

      Delete
    3. Waktu Juli 2017 lalu, saya daftar langsung di Ranupani gan, kalo memang sekarang sudah diharuskan daftar online, mungkin sudah berubah gan.

      Delete
    4. Mas klo mendaki solo gitu gakpapa tanpa sewa guide gitu?

      Delete
    5. Waktu itu ane ga apa2 mas, yg penting perlengkapannya dilengkapi dan pernah mendaki sebelumnya. Coba aja dulu mas daftar online, kalo untuk personal masih bisa atau engga.

      Delete
  4. Mantab bro .... kalau untuk solo hiking ... bookingnya apakah lancar ? ... mohon pencerahannya ... karena pertengahan oktober kepingin kesana juga ....

    Terimakasih

    ReplyDelete
  5. Mas klo solo hiking gakpapa tanpa guide dri pihak pengelola semeru nya?

    ReplyDelete
  6. Waktu itu ane ga apa2 mas, yg penting perlengkapannya dilengkapi dan pernah mendaki sebelumnya. Coba aja dulu mas daftar online, kalo untuk personal masih bisa atau engga.

    ReplyDelete

Post a Comment